PAMEKASAN, Madura Hari Ini | Selasa (9/12/2025) sekitar pukul 10.00 WIB, Puluhan mahasiswa Universitas Madura (UNIRA) menggelar demonstrasi menolak dugaan ketidaktransparanan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) dalam pelaksanaan Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira) 2025.
Demo berlangsung di depan gerbang utama kampus. Massa menutup akses keluar masuk dengan pasir batu (sirtu) hasil galian C sebagai bentuk protes atas proses pendaftaran calon yang dinilai penuh kejanggalan.
Koordinator aksi, Subaidi, mengungkapkan bahwa salah satu pasangan calon hendak mendaftar pada Rabu (3/12/2025) pukul 08.00 WIB, namun tidak dapat menyerahkan berkas karena blanko pendaftaran tidak tersedia.
ADVERTISEMENT
.
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ketika dikonfirmasi Dewan Kehormatan, Ketua KPUM mengatakan blanko ada pada sekretaris. Tapi sekretaris masih di perjalanan dan ditunggu satu jam tetap tidak datang,” ujarnya dalam orasi.
Situasi itu memicu aksi spontan mahasiswa hingga memblokir area Biro Kemahasiswaan. Keesokan harinya, paslon tersebut kembali mencoba mendaftar tetapi ditolak dengan alasan kuota telah terpenuhi.
“Katanya sudah ada dua pendaftar hari Selasa pukul 12.45 WIB. Tapi setelah dicek lewat CCTV, tidak ada paslon yang mendaftar pada jam itu,” tegas Subaidi.
Dalam aksinya, mahasiswa menyampaikan dua tuntutan: Menjatuhkan sanksi kepada Ketua dan Sekretaris KPUM UNIRA dan Menganulir SK Penetapan Calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa yang telah diterbitkan KPUM.
“Jika tidak ada titik terang, kami akan menutup seluruh akses kampus dan memboikot kegiatan kampus,” ancam Subaidi.
Wakil Rektor III UNIRA, Moh. Zali, yang hadir menemui massa aksi menegaskan bahwa kampus siap mengambil tindakan sepanjang laporan mahasiswa disertai bukti kuat.
“Silakan buktikan dalam sidang. Jika fakta mendukung, tuntutan itu pasti menguat. Kampus mengikuti keputusan Dewan Kehormatan,” ujarnya.
Ketua BEM Fakultas Hukum, Tofa, turut menyoroti dugaan relasi tidak sehat antara KPUM, Wakil Rektor III, dan Biro Kemahasiswaan.
“Hari ini kami minta Ketua KPUM hadir. Kalau tidak bersalah, hadapi! Tapi kalau tidak berani datang, bubarkan saja KPUM Universitas Madura,” teriaknya.
Penulis : Redaksi











